Jumat, 22 Juni 2012

KTI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan laporan target Millenium Development Goals , Target MDGs 4 terkait dengan penurunan Angka Kematian Balita, Bayi, dan Neonatal terus mengalami penurunan. Data Suvey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, Angka Kematian Bayi 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000 (Rahayu E , 2011).

Menurut The Word Health Report 2005, angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia menurut data yang dihimpun dari World Population Data Sheet USAID 2010 sekitar 30 per 1000 kelahiran hidup tahun 2009 se negara-negara ASEAN dan SEARO, sedangkan hasil SDKI 2007 mengestimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup  (Soepardi J, 2010).
Angka kematian bayi sejak lahir hingga usia satu tahun pada tahun 2007 tercatat sebanyak 84 dari 1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Tiga besar penyebab kematian pada bayi berumur 29 hari sampai 11 bulan adalah penyakit diare, pneumonia, dan meningitis/ensefalitis dengan proporsi secara berurut sebesar 31,4%, 23,4%, dan 9,3% (Almatsier S, 2010).
Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam Negara berkembang , risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48% ( Roesli U, 2010)
Dari survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition Health Surveillance System(NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller Internasional di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif di perkotaan antara 14%-21%, sedangkan dipedesaan 14%-26% ( Kodrat L , 2010)

Menurut data dari BPS Susenas 2010 menyatakan di Provinsi Sumatera Utara bayi yang berumur 0-23 bulan yang masih disusui sebanyak 74,9% dan pernah disusui sebanyak 88,9%. Ini berarti ada 14% perbedaan dari bayi yang masih menyusui dengan pernah disusui (Soepardi, 2010).
Menurut data dari Dinas Kesehatan tahun 2007 tentang cakupan ASI eksklusif diperoleh cakupan ASI eksklusif Sumatera Utara sebesar 15,12% sedangkan di Kota Medan sebesar 1,51 % , Kabupaten Deli Serdang sebesar 22,68% (Gani A, 2012).
Menurut data dari Dinas Kesehatan tahun 2008 tentang cakupan ASI eksklusif diperoleh angka cakupan eksklusif yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni cakupan ASI eksklusif Sumatera Utara sebesar 11,20% sedangkan di Kota Medan meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 2,56 % , lain dengan Kabupaten Deli Serdang mengalami penurunan dengan cakupan ASI eksklusif sebesar 19,33 % ( Siregar T, 2008 )
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Indonesia tahun 2010 diperoleh persentase bayi yang mendapatkan MP ASI  cenderung mengalami peningkatan yaitu 34,44% tahun 2006 meningkat menjdi 68,8% tahun 2007 dan pada tahun 2008 mencapai 73,5% ( Soepardi, 2011)

Menurut data yang dihimpun Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Bayi tahun 2007 yang dihitung lima tahun sebelumnya yakni 34 per 1.000 sedangkan di Deli Serdang angka kematian bayi pada tahun 2010 sekitar 2,67 per 1.000 kelahiran hidup ( Gani A,  2012)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan bahwa penyebab kematian pada bayi pada kelompok 29 hari – 11 bulan yaitu diare ( 31,4 %), pneumoni ( 23,8%) dan meningitis/ensefalitis ( 9,3%) ( Siregar T, 2008 )
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150-430 per seribu penduduk setahunnya ( Yeyeh , 2010 )
Berdasarkan data subdis P2P-PL Dinkes provinsi Sumatera Utara penyakit diare merupakan penyakit yang menempati urutan teratas pada 10 penyakit terbanyak (kasus baru) pada pasien rawat jalan dan rawat inap seluruh Rumah Sakit provinsi Sumatera Utara dengan presentase 43,66% sedangkan kunjungan pasien seluruh Puskesmas provinsi Sumatera Utara penyakit diare menempati urutan kedua penyakit terbanyak yang diderita pasien dengan presentase 34,55% ( Siregar T, 2008 )
Menurut data angka kesakitan di Puskesmas Pancurbatu Kab.Deli Serdang tahun 2012 dari 400-500 angka kesakitan bayi dan balita tiap bulannya, 25 % disebabkan karena diare. Sekitar 120 bayi yang sakit tiap bulannya diperkirakan 30 % karena penyakit diare ( Rully , 2012 )
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mencari hubungan pemberian MP ASI dengan diare pada bayi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu “Bagaimana hubungan Pemberian MP-ASI dengan diare pada bayi di Puskesmas Pancurbatu Kab.Deli Serdang tahun 2012?”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan pemberian MP-ASI dengan diare pada bayi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1            Untuk mengetahui Gambaran Pemberian MP-ASI pada bayi di Puskesmas Pancurbatu Kab.Deli Serdang tahun 2012.
1.3.2.2            Untuk mengetahui Gambaran diare pada bayi di Puskesmas Pancurbatu Kab.Deli Serdang tahun 2012.
1.3.2.3            Untuk mengetahui Hubungan antara pemberian MP-ASI dengan diare pada bayi di Puskesmas Pancurbatu Kab.Deli Serdang tahun 2012.



1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1   Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah dan mengaplikasikan mata kuliah metodologi penelitian..
1.4.2   Bagi Institusi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pancurbatu Kab.Deli Serdang.
1.4.3   Bagi Institusi Pendidikan
            Sebagai bahan referensi di Perpustakaan Politeknik Kesehatan Program Studi D-III Kebidanan Medan serta dapat menambah pengetahuan mahasiswi tentang hubungan pemberian MP ASI  dengan diare pada bayi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Diare
                         Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir (  Maryunani , 2010 )
                         Menurut Ngatisyah, 1997 ,diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja ( Maryunani , 2010 )
                         Menurut bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM , diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuansi lebih banyak dari biasanya.Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali (  Yeyeh , 2010 )
                         Menurut Hippocrates, diare merupakan pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair (  Yeyeh , 2010 )
                         Diare bukan merupakan suatu penyakit melainkan hanya suatu syndrome yang menyertai berbagai penyakit tertentu atau akibat gangguan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh adanya gangguan gizi,alergi,kekurangan enzim pencernaan,gangguan mental dan kekhawatiran atau secara tidak disengaja zat yang bersifat konstifasi ikut terkonsumsi ( Ronald , 2008 )




2.2 Penyebab Diare
Menurut Anik Maryunani (2010), diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya:
1.    Faktor Infeksi
a.    Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan. Rotavirus merupakan penyebab utama infeksi (70-80%) sedamgkan bakteri dan parasit ditemukan 10-20% pada anak.
Berikut nama-nama bakteri,virus dan parasit penyebab diare:
·         Golongan Bakteri: E.Coli,salmonella sp,shigella sp,vibrio cholera
·         Golongan Virus : Rotavirus, Adenovirus,Minirotavirus
·         Golongan Parasit : Balantidium coli,Entamoeba histolytica
b.    Infeksi perenteral: infeksi diluar saluran pencernaan, seperti otitis media akut (OMA),bronkopneumonia,tonsilitis,ensefalitis. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berusia dibawah 2 tahun.
2.     Faktor Malabsorbsi:
Seperti gangguan absorbsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang tersering adalah intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak dan malabsorbsi protein.
3.    Faktor makanan
Seperti alergi makanan, makanan basi,beracun
4.    Faktor psikologis
Seperti rasa takut dan cemas
2.3 Diare Pada Bayi
Diare lazim dijumpai pada bayi atau anak-anak. Diare terjadi bila bayi buang air besar “lebih encer” dan “lebih sering” dari biasanya. Tinja bayi atau anak diare dapat mengandung lendir dan darah, tergantung pada penyebabnya. Gejala lain adalah demam dan muntah. Kadang, gejala muntah dan demam mendahului gejala diarenya. Diare dapat menyebabkan bayikekurangan cairan ( Prabantini, 2010 )
Insidensi Penyakit infeksi, terutama diare lebih tinggi pada saat bayi ketimbang periode lain kehidupan. Hal itu karena makanan berubah dari ASI yang bersih dan mengandung zat-zat antiinfeksi (antara lain: IgA, laktoferin, WBC) ke makanan yang disiapkan,disimpan, dan dimakan tanpa mengindahkan syarat kebersihan ( Atikah , 2010 )
Penyakit diare adalah penyakit yang multifaktoral, dimana dapat muncul akibat tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang serta akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah ( Maryunani ,2010 )
2.4 Penyebab diare pada bayi
Penyebab diare sangat bermacam-macam, antara lain infeksi (bakteri tau virus) dan alergi makanan (khususnya susu atau laktosa). Diare harus segera ditangani. Bila tidak, diare dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi yang dapat berakibat fatal
Adapun Penyebab diare menurut Dwi Prabantini (2010 ) adalah:
1.Infeksi virus atau bakteri
Virus yang paling banyak menyebabkan diare adalah virus rotavirus. Diare juga dapat disebabkan oleh bakteri, seperti Shigella, Vibrio Cholera, Salmonella dan E.Coli.
2.Makanan dan minuman
Mengonsumsi terlalu banyak jus, terutama jus buah yang mengandung sorbitol dan fruktosa tinggi atau terlalu banyak minum minuman manis dapat membuat perut bayi kaget dan mengalami diare.
3. Antibiotik
Jika bayi mengalami diare selama penggunaan antibiotik mungkin ini berhubungan dengan pengobatan yang sedang dijalani. Antibiotik dapat membunuh bakteri baik dalam usus
4.Alergi makanan
Alergi makanan pada bayi biasanya terjadi pada bayi ketika mulai makan makanan padat. Alergi makanan dapat menyebabkan berbagai reaksi, salah satunya adalah diare.
5.Intoleransi makanan
Bayi mengalami intoleransi makanan bila tidak cukup memproduksi enzim untuk mencerna makanan yang ia makan, misalnya enzim laktase untuk mencerna laktosa (gula dalam susu sapi dan produk susu lainnya). Gejala-gejala seperti diare,perut kembung,dapat terjadi bila laktosa tidak terurai.

2.5 Patofisiologi diare pada bayi
Berbagai catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI eksklusif dapat memperendah angka terjadinya alergi makanan. Sejak lahir sampai umur 4-6 bulan, bayi memiliki apa yangdisebut “usus terbuka”. Ini berarti jarak yang ada antara sel-sel pada usus kecil akan membuat makromolekul yang utuh termasuk protein dan bakteri patogen dapat masuk ke aliran darah. Hal ini menguntungkanbagi bayi yang mendapatkan ASI karena zat antibodi yang ada pada ASI dapat masuk langsung melalui aliran darah. Hal ini juga berarti pada protein-protein lain darimakananlain selain ASI dan bakteri patogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dapat masuk. Selama 4-6 bulan pertama umur bayi, saat usus masih terbuka organ pencernaan bayi dilapisi oleh antibodi (Ig A) dari ASI. Antibodi ini menyediakan kekebalan pasif yang mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Pada umur sekitar 6 bulan, bayi mulai memproduksi antibodi sendiri danpenutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama ( Prabantini, 2010 )
2.6 Penanganan diare pada bayi
Aturan emas memberi makan pada bayi yang diare adalah memberi makan dalam porsi kecil namun sering. Untuk bayi yang masih diberi ASI ,teruskan pemberian ASI. Garam oralit juga perlu diberikan. Cara pemberian oralit yang benar adalah minum satu gelas oralit sedikit demi sedikit 2-3 teguk, lantas berhenti selama kurang lebih 3 menit.
Jika diare lebih dari 12 jam, suhu tubuh lebih dari 39°C, ada darah dalam tinja, mulut kering, atau menangis tanpa airmata, dan sangat mengantuk atau tidak ada respon maka segera bawa bayi ke Dokter ( Prabantini, 2010 )


2.7 Pengertian MP ASI
Makanan pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI(Waryana,2010).
Makanan pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan yang diberikan setelah bayi berumur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya demi pertumbuhan dan perkembangannya(Atikah,2010).
Makanan pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan bayi selain ASI yang diberikan ketika waktunya tepat(Taufan Nugroho,2010).

2.8 Klasifikasi  MP ASI
Menurut Atikah (2010), jenis-jenis MP ASI yang dapat diberikan adalah:
1.Makanan saring/makanan Lumat  adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh: bubur susu,bubur sumsum, pisang saring/dikerok,pepaya saring,tomat saring,nasi tim saring dan lain-lain.
2.Makanan Lunak/Lembik adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair,contoh: bubur nasi,bubur ayam,nasi tim,kentang puri dan lain-lain.
3.Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga contoh: lontong,nasi tim,kentang rebus, biskuit dan lain-lain.

2.9 Cara Pengelolaan MP ASI menurut umur
Menurut Atikah (2010), beberapa cara pengelolaan MP ASI menurut umur adalah:
1.Pemberian MP ASI pada umur 6-9 bulan
1)    Pemberian ASI diteruskan
2)    Penyerapan vitamin A dan zat gizi lain
3)    Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi mulai diperkenalkan dengan MP ASI lumat 2 kali sehari
4)    Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber lemak yaitu santan atau minyak kelapa/margarin.
2. Pemberian MP ASI pada umur 9-12 bulan
1)    Pemberian ASI diteruskan
2)    Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim harus diatur secara berangsur mendekati makanan keluarga.
3)    Beri makanan selingan 1 kali sehari. Pilih makanan selingan yang bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang ijo.
3. Pemberian MP ASI pada umur 12-24 bulan
1)    Pemberian ASI diteruskan
2)    Pemberian makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.
3)    Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan misalnya nasi dapat diganti dengan tahu,tempe,kacang ijo,telur atau ikan.

2.10  Jadwal Pemberian MP ASI
Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian makanan tambahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jadwal pemberian MP ASI menurut umur bayi, jenis makanan dan frekuensi pemberian

Umur Bayi
Jenis Makanan
Frekuensi Pemberian
4-6 bulan
-ASI
10-12 kali sehari
Kira-kira 6 bulan
-ASI
-buah lunak/sari buah
-bubur: bubur havermout /bubur tepung beras merah
Kapan diminta
1-2 kali sehari
Kira-kira 7 bulan
-ASI
-buah-buahan
-hati ayam atau kacang-kacangan
-beras merah atau ubi
-sayuran (wortel,bayam)
-minyak/santan/advokad
-air tajin
Kapan diminta
3-4  kali sehari
Kira-kira 9 bulan
-ASI
-buah-buahan
-bubur / roti
-daging/ kacang-kacangan/ayam/ikan
-beras merah/kentang/labu/jagung
-sayuran (wortel,bayam)
-minyak/santan/advokad
-sari buah tanpa gula
Kapan diminta
4-6  kali sehari
12 bulan atau lebih
-ASI
-makanan padat umumnya, termasuk telur dengan kuningnya.
Kapan diminta
4-6  kali sehari

Sumber: Waryana,2010 .Gizi Reproduksi

2.11 Cara menyimpan makanan bayi
Menurut Dwi Prabantini (2010) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan makanan bayi adalah:
1.Jangan menyimpan sisa makanan bayi. Misalnya, sisa makan siang disimpan untuk diberikan saat makan malam.
2.Jangan pernah meninggalkan makanan yang belum ataupun sudah dimasak di atas meja dengan suhu ruangan lebih dari 1 jam.
3. Makanan yang sudah disiapkan dan dimasak apabila disimpan di lemari es maksimal 48 jam. Setelah itu harus langsung dimakan, dibekukan atau dibuang.

2.12  Pedoman Pemberian MP ASI
Menurut Waryana (2010), beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian MP ASI adalah:
a.    Makanan bayi (termasuk ASI )harus mengandung semua zat gizi yang diberikan oleh bayi.
b.    Makanan tambahan harus diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali sehari
c.    Anak kecil memerlukan lebih dari satu kali makan dalam sehari sebagai komplemen terhadap ASI. Karena kapasitas perutnya masih kecil, volume makanan yang diberikan jangan terlalu besar,sehingga anak kecil diberikan makan lebih sering dibandingkan orang dewasa.
d.    Bila sulit untuk menambah minyak,lemak atau gula ke dalam makanan, maka bayi hanya akan memperoleh cukup zat gizi bila ia makan 4-6 kali sehari.
e.    Sebelum berumur 2 tahun bayi belum bisa mengkonsumsi makanan orang dewasa
f.     Makanan campur ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok,lauk pauk dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi baik ditinjau dari nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut
g.    Berikan makanan tambahan setelah bayi menyusui
h.    Pada permulaan makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan halus
i.      Gunakan sendok atau cangkir untuk memberi makan
j.      Pada waktu umur dua tahun bayi dapat mengkonsumsi makanan setengah porsi orang dewasa
k.    Selama masa penyapihan bayi sering sekali menderita infeksi seperti batuk,campak atau diare, apabila makanannya mencukupi, gejalanya tidak akan sehebat bayi yang kurang gizi
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar